wibiya widget

Sejarah Festival Rock Di Indonesia

19067439.jpg
Sejak Festival Rock se Indonesia yang pertama digelar ini dari tahun 1984, dan kini memasuki pergelaran kesepuluh, perhatian publik rock bukan saja tertuju pada event musiknya, tapi juga siapa sosok di balik penyelenggaraan ajang tersebut. Siapa lagi kalau bukan Log Zhelebour. Itu sudah pasti. Karena dialah promotor sekaligus penggagas ajang festival musik rock terbesar dan paling bergengsi yang sampai saat ini belum tertandingi pamornya. Sementara sejarah perjalanan Festival Rock se Indonesia itu sendiri tidak lepas dari kiprah promotor showbiz yang sering disebut-sebut atau dijuluki Kaisar Rock Indonesia .
Setiapkali menyebut nama Log Zhelebour, orang selalu mengkaitkan dirinya dengan rock, baik dalam kapasitasnya sebagai promotor maupun produser rekaman. Sebagai promotor musik yang sudah digeluti sejak tahun 1980-an, nama Log Zhelebour sudah terpatri dengan predikat promotor spesialis rock. Sementara sebagai produser rekaman yang diterjuni sejak tahun 1989, Log secara konsisiten mengkhususkan diri memproduksi rekaman album rock dibawah bendera Logiss Records. Kalau kita lihat tongkrongan pria kelahiran Surabaya, 16 Maret 1959, sama sekali dandanannya tidak terkesan sebagai rockernya.Tapi soal spirit tidak perlu diragukan lagi -- jiwanya seratus persen ngerock. Jangan dilihat penampilan, yang penting jiwa dan semangatnya -- rock, rock never die, katanya. Di mata Log, musik rock memang tidak ada matinya. Perjalanan panjang yang ditempuh dalam menggeluti rock, baik sebagai promotor maupun produser spesialis rock, telah menjadikan nama Log Zhelebour sebagai ikon rock Indonesia. Karena apa yang dilakoni selama ini dalam menggeluti showbiz rock, menurutnya bukan sekadar mengejar profit semata.
Tapi semua itu tetap dilandasi nilai idealisme untuk memajukan musik rock Indonesia. Dan salah satunya yaitu dengan menggelar ajang Festival Rock se Indonesia yang diselenggarakan secara berkala sejak tahun 1984, dan kini sudah memasuki event kesepuluh. "Saya ingin musik rock tetap hidup dan terus berkembang. Salah satunya caranya dengan mengadakan event-event seperti festival rock," ujar Log. Seperti diungkapkan, awal tujuannya dari penyelenggaraan festival rock ini adalah untuk memberi wadah bagi grup rock pemula yang belum sempat mendapat kesempatan tampil kepermukaan dalam skala nasional. Mereka inilah yang nantinya akan menjadi regenerasi para seniornya untuk meneruskan langkah membawa panji-panji rock Indonesia terus jaya berkibar. Ternyata bukan hanya sampai di situ saja. Lewat ajang festival rock ini pula Log ingin menjadikan musik rock Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri. “Saya ingin meng-Indonesia-kan musik rock di negeri sendiri,” katanya dengan penuh semangat. Salah satunya yaitu dengan cara setiap peserta festival tampil membawakan lagu karya sendiri dengan lirik Indonesia sebagai lagu wajibnya.
Sedang lagu pilihan diambil dari album grup rock lokal, seperti lagu dari album God Bless. Menurutnya, semua itu dimaksudkan untuk membangkitkan rasa kebanggaan pada karya-karya sendiri. “Ternyata lagu- lagunya God Bless kualitasnya tidak kalah dengan lagu Barat,” akunya. Dan yang lebih penting lagi, bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri bangga dengan karya sendiri. Diakui, dari pertengahan ’70-an sampai awal ‘80-an, panggung rock Indonesia masih didominasi lagu-lagu Barat. Di mana waktu itu masih banyak muncul kecenderung grup band lokal justru menjadi epigon grup rock dunia. Bukan cuma dalam hal lagu, sampai gaya aksi panggungnya dicontek habis. Waktu pertunjukan musik rock lebih didominasi oleh atraksi panggung yang sensasional, seperti dilakukan Ucok “AKA Group” Harahap nyanyi sambil gantung diri atau mengusung peti mati ke atas pentas. Atau Mickey Jaguar menyembelih kelinci kemudian menenggak darahnya. Semua itu memang bagian dari panggung pertunjukan era glam rock. “Itu sudah bukan zamannya lagi,” katanya.
Saat ini eksistensi sebuah grup rock lebih banyak ditentukan pada kualitas musikalitasnya, bukan lagi karena sensasi di atas panggung. Dan itu terbukti, dari ajang ini setidaknya telah lahir grup rock tangguh yang secara kualitas mampu berkiprah di blantika musik negeri ini. Sebut saja diantaranya, Elpamas, Grass Rock, Power Metal, Jamrud, Boomerang, atau U9. Mereka ini adalah jawara-jawara yang lahir dari Festival Rock se-Indonesia. Belum lagi tercatat nama-nama grup rock atau penyanyi papan atas saat ini yang tak lain adalah alumni festival rock versi Log Zhelebour, seperti Jamrud, Boomerang, Ita Purnamasari, Mel Shandy, termasuk Slank. Dalam hal ini Log mengaku mensyukuri, karena selama penyelenggaraan festival rock selalu mendapat dukungan penuh dari pihak perusahaan rokok yang mensponsori. "Duit dari mana lagi kalau nggak pakai sponsor. Karena untuk biaya semuanya, nggak sanggup dari kocek pribadi, apalagi kalau cuma mengandalkan dari hasil penjualan tiket, nggak nutup," jelasnya. Dan salah satu perusahaan rokok yang paling sering mendukungnya yakni PT Djarum. Diakui Log, kedekatannya dengan pihak PT Djarum terbilang sudah lama. Ibaratnya sudah karatan, "Kita berhubungan dan menjalin kerjasama sudah 20 tahun lebih," tegasnya sekali lagi. Memang secara profesional kerjasama Log dan pihak Djarum Super telah menciptakan hubungan timbak-balik saling menguntungkan, dari sisi bisnis di kedua belah pihak.
Di dunia showbiz, reputasi Log Zhelebour sebagai prpmotor spesialis rock ini memang tidak usah diragukan dan diperdebatkan lagi. Dengan jam terbang lebih dari 25 tahunan, telah membuktikan sekaligus semakin mempertegas eksistensinya dalam dunia showbiz musik. "Kepercayaan dan profesionalisme, itulah kuncinya. Tanpa itu jangan harap kita akan dipercaya pihak sponsor," tegasnya, dengan serius. Itulah salah satu kata kunci sukses dan keberhasilannya. Itu pula yang akhirnya yang kemudian membuat PT Djarum berani merogoh pundi-pundi uangnya sebagai penyandang dana sebagai sponsor tunggal yang nilainya mencapai miliaran rupiah.
Untuk penyelenggaraan Festival Rock se Indonesia X, PT Djarum mengeluarkan dana lebih dari Rp. 10 miliar. Dan festival rock ke 10 ini merupakan ajang festival terakhir yang diselenggarakan. “Aku sudah tua, sudah capek. Ini festival rock yang terakhir,” ungkap Log yang sudah lebih 25 tahun malang melintang di dunia showbiz ini. Meski ini merupakan festival rock yang terakhir, tapi bukan berarti Log akan mengundurkan diri ajang festival- festivalan. “Tetap bikin festival atau apalah namanya, tapi yang jelas sifatnya bukan kompetisi. Kalau perlu bikin semacam Woodstock,” ujar promotor yang dalam benaknya masih menyimpan obsesi menggelar konser kesepuluh grup rock juara pertama Festival Rock se Indonesia. "Itu nanti!," kata Log memberi janji.
Sejak event ini digelar, kesembilan grup rock yang pernah menjadi jawara Festival Rock se Indonesia, masing-masing Harley Angels - Denpasar, Bali (1984), Elpamas - Pandaan, Malang (1985), Grass Rock - Surabaya (1986), Adi Metal Rock Band - Surabaya (1987), Power Metal - Surabaya (1989), Kaisar - Solo (1991), Andromedha Rock Band - Surabaya (1993), Teaser - Temanggung (1996), dan U9 - Kediri (2001). Tinggal kita tunggu siapa yang jadi jawara Djarum Super Rock Festival Rock X, yang dijadwalkan grand finalnya akan digelar di Stadion 10 Nopember, Tambaksari – Surabaya, 18 & 19 Desember 2004. Log sendiri ingin menjadikan momentum Djarum Super Rock Festival X ini sebagai puncak dan klimaks dari perjalanan Festival Rock se Indonesia yang telah diukirnya dalam kurun waktu dua dekade. Setidaknya apa yang dirintis Log dalam dua dekade ini menjadi catatan tersendiri dalam sejarah perjalanan musik rock Indonesia. Bravo Log Zhelebour dan Festival Rock se Indonesia, salam tiga jari dari rakyat metal - Rock Never Die
Share on Google Plus

About Riant Daffa